Tahapan Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Bersih PT ADHYA TIRTA BATAM (ATB)
3.2 PT. ADHYA TIRTA BATAM (ATB)
3.2.1 Air Baku
2. Aerator
3. Tahap koagulasi
4. Pulsator
8. Di Alirkan Ke Konsumen
3.2.3. Bahan Kimia Penjernih Air
Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam proses penjernihan air antara lain sebagai berikut:
1. Klorin
3.2.1 Air Baku
Berdasar SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang tata cara perencanaan unit paket Instalasi pengolahan air pada bagian istilah dan definisi yang disebut dengan air baku adalah : “Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum” Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut.
3.2.2 Proses Pengolahan Air Bersih
Tahapan proses pengolahan air bersih yang terjadi di ATB dapat dalam dibagi dalam beberapa tahap yakni :
1. Tahap pengambilan air dari sumbernya (Intake)
Intake merupakan instalasi yang berfungsi untuk menyadap air dari sumber air, Sumber air yang digunakan di ATB yaitu laut serta dari DAM karena Batam di kelilingi oleh laut, yang merupakan sumber air yang memiliki debit air yang cukup besar, sehingga dapat meminimalkan resiko terhentinya proses dikarenakan tidak adanya bahan baku atau habisnya air yang mengalir. Pengambilan air baku dari sungai dilengkapi dengan Bar Screen atau pompa besar penagtur debitaor yang bertujuan untuk menyaring benda terapung sejenis sampah agar tidak sampai masuk ke intake. Kapasitasnya berkisar 40 liter/detik. Sebab jika sampah sampai masuk instalasi pengolahan akan mengganggu kerja pompa.
Gambar 3.14 Pipa Intake milik ATB
|
2. Aerator
Aerator dan Bak Pencampur memiliki kapasitas sampai 500 l/dt. Pada unit ini terjadi beberapa proses pengolahan air. Aerasi merupakan proses menambahkan kandungan udara pada air dengan tujuan untuk meningkatkan kadar oksigen larut dalam air sehingga oksigen yang larut tersebut dapat mengoksidasi zat-zat yang dapat mengganggu proses pengolahan air dan mengganggu kesehatan. Aerator terdiri dari bak pengumpul dan cascade. Aerator juga berfungsi untuk mengurangi bau seperti bau lumpur, lumut dll, menambah oksigen pada badan air, dan mengoksidasi kandungan di badan air.
Gambar 3.15. Aerator Untuk Menambah Oksigen Di Badan Air
|
3. Tahap koagulasi
Pada proses koagulasi ini, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar. Faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan. Pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel 17 koloid yang terkandung di dalamnya. Kemudian air di beri Al2 ( SO4)3, kaporit,dan CaCO³. Yang berfungsi sebagai koagulan, dan mengurangi kesadahan. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan pengadukan.
Gambar 3.16. Kotoran air yang menggumpal
setelah diberi koagulan/zat
kimia
|
4. Pulsator
Pulsator merupakan suatu unit yang berfungsi sebagai flokulator dan sedimentasi. Flokulator Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari suspended solids, PH, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya pengadukan.
5. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi setelah endapan terbentuk dari proses koagulasi flokulasi. Pada bak sedimentasi dilengkapi tube settler yang bertujuan mempercepat proses pengendapan.
Gambar 3.17. Air Pada Saat Proses Sedimentasi
|
6. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi. Disini adalah proses finishing, yang diperbaiki dari unit ini adalah dikontrol pH-nya lagi, memastikan untuk suci dari hama bebas bakteri dengan pemberian kembali chlorine. Penyaring yang digunakan adalah rapid sand filter (filter saringan cepat). Sand filter jenis ini berupa bak yang beriisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). Air yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin dan tawas.Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut. Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui suatu pipa menuju reservoir.
7. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring melalui filter, air ini sudah menjadi airyang bersih yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum.
Gambar 3.19. Ground tank
|
8. Di Alirkan Ke Konsumen
Setelah melewati tahap penyaringan, air baku yang sudah diolah menjadi air bersih tersebut akan disimpan di tanki penyimpanan sementara (ground tank) setelah sebelumnya kembali dibubuhi klorin untuk memastikan kuman-kuman yang ada di dalam air mati, air yang sudah siap konsumsi tersebut kemudian di simpan di tanki reservoir, setelah itu baru didistribusikan kepada pelanggan, dalam hal ini pelanggan ATB yang tersebar di Pulau Batam.
Gambar 3.20. Alat Untuk Mengukur Pembubuhan Klorin Pada Air
Baku.
|
Untuk memastikan air yang diolah sesuai dengan standar WHO dan Permenkes RI, petugas ATB secara berkala (biasanya setiap dua jam) akan mengambil sampel air di IPA untuk dicek, baik kadar Ph, warna, kekeruhan, hingga hal-hal lain yang diperlukan. Biaya memproduksi 1m3 air bersih, ATB membutuhkan sekitar Rp 3.500. Harga tersebut lebih tinggi dari harga jual air bersih kepada pelanggan rumah tangga yang hanya Rp2.000/m3 untuk 20m3 pertama. Meski dijual lebih rendah ke pelanggan dominan, ATB masih tetap mendapatkan marjin yang cukup untuk mengelola perusahaan air bersih tersebut karena ke pelanggan industri, niaga, pelabuhan dll, dijual lebih tinggi. Ada subsidi dari kategori pelanggan lain sehingga tidak terlalu memberatkan, apalagi kawasan industri di Kota Batam cukup banyak.
3.2.3. Bahan Kimia Penjernih Air
Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam proses penjernihan air antara lain sebagai berikut:
1. Klorin
Fungsi klorin atau kaporit dalam pengolahan air bersih adalah untuk pembasmi kuman atau desinfektan. Secara khusus, klorinasi digunakan untuk membunuh bakteri tertentu dan mikroba lainnya agar dapat mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, disentri, tifoid, dan lain-lain.
2. Tawas
Penggunaan tawas sebagai penjernih air sudah biasa dilakukan masyarakat Indonesia sejak karena disamping murah cara penerapannya juga mudah, tinggal ambil tawas lalu dimasukkan dalam wadah yang berisi air yang hendak dijernihkan atau bisa langsung dimasukkan dalam sumur yang airnya agak keruh dan berbauk
3. Kaporit
Kaporit atau kalsium hipoklorit adalah suatu senyawa kimia dengan rumus Ca (ClO)2. Senyawa ini luas digunakan untuk pengolahan air dan sebagai zat pemutih (serbuk pemutih). Zat kimia ini dianggap relatif stabil dan mengandung klor yang lebih banyak ketimbang natrium hipoklorit (cairan pemutih).
Nama lain kalsium hipoklorit ialah asam hipoklorit, garam kalsium dan serbuk pemutih. Kalsium hipoklorit digunakan untuk disinfektan pada air minum atau air kolam renang. Ia digunakan sebagai zat pembersih kuman kolam renang di luar rumah yang dikombinasikan dengan penyetabil asam sianurat, yang mengurangi kehilangan klor sehubungan dengan radiasi ultraviolet. Kandungan kalsiumnya menyadahkan air dan cenderung menimbulkan “clog up” beberapa saringan; karena, beberapa produk yang mengandung kalsium hipoklorit juga mengandung bahan anti-noda
3.2.4 Kualitas Air Bersih
Kualitas air yang dihasilkan oleh PT. Adhya Tirta Batam perpedoman pada standard WHO atau permenkes RI. Kualitas air bersih ini ditunjukkan sebagai berikut :
1. Sisa Klorin
Jangan khawatir dengan air yang berbau chlor/kaporit. Hal tersebut adalah aman. Chlor membunuh bakteri pathogen dan virus berbahaya, seperti Eshersia coli dan Salmonelasp.
2. Parameter Kualitas Air
Standard kualitas air bersih yang diproduksi ATB merujuk kepada standard yang dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia WHO (2004).
3. Buih putih
Sedangkan buih putih adalah gelembung udara yang tinggi. Diamkan sesaat, maka air akan kembali bening.
No comments for "Tahapan Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Bersih PT ADHYA TIRTA BATAM (ATB)"
Post a Comment